[ Kamis, 13 November 2008 ]
Sumber:http://www1.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=41489
Sumber:http://www1.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=41489
Gagas Perda Budaya
JOMBANG - Ikhtiar pelestarian aset kebudayaan tradisional kembali mencuat. Kali ini digagas sejumlah pekerja seni. Difasilitasi Seksi Kebudayaan Kantor Parbupora, pada 5 November lalu terbentuk Tim Pelestarian dan Perlindungan Budaya Jombang. Pertemuan itu berlangsung di Bale Apung Taman Tirta Wisata Desa Keplaksari Kecamatan Peterongan. Tim tersebut diketuai Fahrudin Nasrulloh, penulis dan pegiat di Komunitas Lembah Pring. Sejumlah personel yang terlibat dalam tim antara lain Supriyo (Wayang Topeng Jatiduwur Kesamben), Ellin dari MGMP Kesenian SMP, Inswiardi dari Seni Teater dan Tajuk Sutikno, Darmono, Ngaidi Wibowo (Seniman Ludruk). Nama-nama lain yagn masuk tim ini adalah Koko dari Seni Karawitan STKIP PGRI, Susnania dari MGMP Kesenian SMP, Ahmad Syamsurizal dari LSM ICHDRE, Jabbar Abdullah dari Komunitas Lembah Pring dan Dian Sukarno dari Sanggar Tari Lung Ayu.
Untuk mengerucutkan rencana aksi, tim kembali melakukan pertemuan di Bale Apung Taman Tirta Wisata. Pada kesempatan tersebut, Fahrudin, ketua tim melontarkan gagasan hasil pendataan aset kebudayaan tradisional. Ada 13 yang berhasil didata. Yakni, Tari Sandur, Waang Topeng, WayangKrucil, Kentrung, Ketoprak, Wayang Orang, Jaran Kepang, Ludruk, Terbangan Hadrah ISHARI, Gambus Misri, Macapat Bayen, Reog Jombangan dan Wayagn Kulit.
Dalam kesempatan tersebut, Fahrudin juga melontarkan kembali gagasan untuk mengangkat konsep kebudayaan Sastra Agraris. Dia menyebut, gagasan itu merupakan hasil rembug informal degnan sejumlah tokoh Jombang yang peduli dengan tradisi pada Mei silam. Antara lain Imam Ghozali, Sumrambah, Imam Mujiyanto, Andi Setyo Wibowo, Catur Budi Setiyo, Khairul Anam, Christianto Tripilu, Wijaya dan Ikhsanul Fikri. Gagasan itu diperkuat dengan lontaran Halim HD, budayawan Solo saat bertandang ke Jombang. ''Ke depan, tim in berencana melakukan kegiatankonservasi, revitalisasi dan eksplorasi kebudayaan,'' tutur Fahrudin.
Dia menyebut, saat ini dia bersama Dian Sukarno tengah menulis buku tentang tradisi Jombangan. Anara lain: Babad Kebo Kicak, Riwayat 40 Grup Ludruk, Babad Jombang, Direktori Seniman Jombang dan Cerita Kocak Dibalik Tokoh Ludruk. Dia mengajak pekerja seni dan para pihak yang peduli kebudayaan tradisi untuk berkontribusi dalam memperkaya gagasan tersebut.
Dian Sukarno yang hadir dalam diskusi kemarin menambahkan sejumlah aset budaya Jombang yang hampir punah. Yakni, Jidor Sentulan, Tari Gambyong atau Bedayan Anggleng dan Tandakan Grobogan.
Nasrul Illahi, Kasi Kebudayaan Kantor Parbupora mengapresiasi aksi para pekerja seni tersebut. Gerakan itu akan diperkuat dengan upaya membuat payung hukum. Bentuknya bisa peraturan daerah (perda) atau peraturan bupati (perbup). Regulasi tersebut diharapkan dapat melindungi seni tradisi dar gempuran budaya asing yang merusak. Payung hukum tersebut, lanjut dia, juga dibutuhkan untuk memberikan apresiasi bagi budayawan yang telah menghasilkan karya. ''Payung hukum itu juga perlu mengatur hak kekayaan intelektual bagi budayawan Jombang. Ini agar tidak terulang lagi klaim negara asing atas aset budaya lokal Indonesia,'' kata Nasrul. (lal)
Untuk mengerucutkan rencana aksi, tim kembali melakukan pertemuan di Bale Apung Taman Tirta Wisata. Pada kesempatan tersebut, Fahrudin, ketua tim melontarkan gagasan hasil pendataan aset kebudayaan tradisional. Ada 13 yang berhasil didata. Yakni, Tari Sandur, Waang Topeng, WayangKrucil, Kentrung, Ketoprak, Wayang Orang, Jaran Kepang, Ludruk, Terbangan Hadrah ISHARI, Gambus Misri, Macapat Bayen, Reog Jombangan dan Wayagn Kulit.
Dalam kesempatan tersebut, Fahrudin juga melontarkan kembali gagasan untuk mengangkat konsep kebudayaan Sastra Agraris. Dia menyebut, gagasan itu merupakan hasil rembug informal degnan sejumlah tokoh Jombang yang peduli dengan tradisi pada Mei silam. Antara lain Imam Ghozali, Sumrambah, Imam Mujiyanto, Andi Setyo Wibowo, Catur Budi Setiyo, Khairul Anam, Christianto Tripilu, Wijaya dan Ikhsanul Fikri. Gagasan itu diperkuat dengan lontaran Halim HD, budayawan Solo saat bertandang ke Jombang. ''Ke depan, tim in berencana melakukan kegiatankonservasi, revitalisasi dan eksplorasi kebudayaan,'' tutur Fahrudin.
Dia menyebut, saat ini dia bersama Dian Sukarno tengah menulis buku tentang tradisi Jombangan. Anara lain: Babad Kebo Kicak, Riwayat 40 Grup Ludruk, Babad Jombang, Direktori Seniman Jombang dan Cerita Kocak Dibalik Tokoh Ludruk. Dia mengajak pekerja seni dan para pihak yang peduli kebudayaan tradisi untuk berkontribusi dalam memperkaya gagasan tersebut.
Dian Sukarno yang hadir dalam diskusi kemarin menambahkan sejumlah aset budaya Jombang yang hampir punah. Yakni, Jidor Sentulan, Tari Gambyong atau Bedayan Anggleng dan Tandakan Grobogan.
Nasrul Illahi, Kasi Kebudayaan Kantor Parbupora mengapresiasi aksi para pekerja seni tersebut. Gerakan itu akan diperkuat dengan upaya membuat payung hukum. Bentuknya bisa peraturan daerah (perda) atau peraturan bupati (perbup). Regulasi tersebut diharapkan dapat melindungi seni tradisi dar gempuran budaya asing yang merusak. Payung hukum tersebut, lanjut dia, juga dibutuhkan untuk memberikan apresiasi bagi budayawan yang telah menghasilkan karya. ''Payung hukum itu juga perlu mengatur hak kekayaan intelektual bagi budayawan Jombang. Ini agar tidak terulang lagi klaim negara asing atas aset budaya lokal Indonesia,'' kata Nasrul. (lal)
pak,, koq tidak ada gambar untuk gambus misri??
BalasHapuspadahal saya butuh unutk tugas mata kuliah ilmu budaya...